Pelaku usaha kecil dan mikro di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Dari pedagang buah di pinggir jalan hingga pedagang sebako di pasar. Mereka umumnya hanya lulusan SD, atau paling tinggi lulusan SMA. Mereka tak pernahlelah bekerja keras menjajakan barang dagangan dari fajar hingga petang. Hal ini mereka lakukan, tentu saja untuk menafkahi keluarga.
Saat usahanya mulai berkembang, mereka kemudian berupaya mencari tambahan modal. Salah satunya mencari pembiayaan dari lembaga keuangan atau perbankan. Namun, permohonan itu umumnya ditolak dengan alasan usaha mereka tak layak untuk dibiayai.
Sebetulnya, penolakan dari pihak perbankan bukan karena tidal layak untuk dibiayai. Kebanyakan mereka ditolak, karena tidak bisa menjalankan prospek usaha mereka dengan baik. Kondidi tersebut, mendorong BMT Tamzis Wonosobo mengadakan pelatihan administrasi usaha bagi pedagang pasar.
Pelatihan tersebut digelar 16 April 2008 lalu. Pelatihan tersebut diikuti 15 pedagang pasar Wonosobo. Dalam pelatihan itu, peserta diajari materi pencatatan akuntansi sederhana, seperti bagaimana menghitung rugi laba atau bagaimana memisahkan aset usaha dan pribadi.
General Manager BMT Tamzis Wonosobo, Budi Santoso mengatakan, banayak pelaku usaha kecil dan mikro yang sebenarnya layak untuk mendapatka pembiayaan namun tak bisa menjelaskan prospek usahanya dengan baik.
Sumber Administrasi Usaha untuk Mendorong UKM : Republika,Tuesday, 22 April 2008