Joko Catur
Home » Arsip untuk bulan 2014
Fungsi Orgonite untuk Kesehatan & Spiritual
Orgone adalah sebentuk energi yang pada awalnya ditemukan oleh Dr Wilhelm Reich setelah
40 tahun melakukan penelitian. Dr Reich dikenal sebagai seorang
ilmuwan yang mempunyai integritas yang sangat baik di reputasi
internasional. Dia adalah anak didik Sigmund Freud
ketika belajar untuk meraih gelar doktor dan setelah lulus ia menjadi
asisten klinis di Klinik psikoanalisis Freud. Selama melakukan beberapa
eksperimen saat bekerja di klinik, ia tidak sengaja menemukan energi
misterius yang ada di semua mahluk hidup di bumi dan juga berada di
atmosfir bumi, energi ini kemudian beliau beri nama orgone. Dia juga mendemonstrasikan teori energi orgone dengan pakar fisika Albert Einstein.
Energi orgone juga disebut sebagai “inti dari daya hidup yang ada di alam”. Ada juga yang menyebutnya sebagai animal magnetisme, odyle, life force, chi, manna, baruah, entelechy dan prana. Ilmuwan besar Sigmund Freud melakukan beberapa pengamatan mengenai emisi orgone dan fungsinya dalam emosi manusia. Freud menyebutnya libido.
Dalam perkembangannya, muncullah alat yang berfungsi untuk menghasilkan dan mengumpulkan energi orgone tersebut. Alat ini dikenal dengan nama Orgonite. Orgonite adalah suatu benda yang dirancang dengan bahan baku dari resin, kristal, dan serbuk logam yang berfungsi untuk menyerap energi negatif dan merubahnya menjadi energi positif secara 24 jam terus menerus tanpa henti. Orgonite ini bekerja non stop 24 jam sehari tanpa memerlukan sumber daya listrik. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya orgonite, diantaranya :
Energi orgone juga disebut sebagai “inti dari daya hidup yang ada di alam”. Ada juga yang menyebutnya sebagai animal magnetisme, odyle, life force, chi, manna, baruah, entelechy dan prana. Ilmuwan besar Sigmund Freud melakukan beberapa pengamatan mengenai emisi orgone dan fungsinya dalam emosi manusia. Freud menyebutnya libido.
Dalam perkembangannya, muncullah alat yang berfungsi untuk menghasilkan dan mengumpulkan energi orgone tersebut. Alat ini dikenal dengan nama Orgonite. Orgonite adalah suatu benda yang dirancang dengan bahan baku dari resin, kristal, dan serbuk logam yang berfungsi untuk menyerap energi negatif dan merubahnya menjadi energi positif secara 24 jam terus menerus tanpa henti. Orgonite ini bekerja non stop 24 jam sehari tanpa memerlukan sumber daya listrik. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya orgonite, diantaranya :
- Menetralisir radiasi elektromagnetik dan radiasi microwave
- Menghilangkan Chemtrails (polusi kimiawi di udara) dan menjaga udara tetap bersih
- Mengurangi polusi di udara
- Membuat tanaman tumbuh lebih cepat dan sehat
- Membuat suasana alam kembali sehat sehingga banyak burung berdatangan
- Memperbaiki pernapasan dan membantu penderita asma hidup lebih sehat
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Membooster daya pancaran aura / tubuh eterik manusia
- Menetralisir efek dari ilmu hitam/santet/pelet
- Menghilangkan insomnia atau susah tidur dan mimpi buruk
- Mengurangi tingkat stress
Orgonite
juga terbukti menekan efek radiasi yang bisa merusak kesehatan manusia,
membantu menyembuhkan / meringankan migrain, sakit kepala, pusing, mual
dan insomnia.Baca juga Pengaruh Efek Radiasi Terhadap Kesehatan
Cara Kerja Orgonite
Energi Orgone muncul dalam bentuk muatan ion pada uap air di angkasa.
Pada umumnya uap air terdiri dari molekul H2O. Tetapi akibat paparan
sinar matahari, dan medan magnetik planet, beberapa molekul air akan
terlepas (terpisah) menjadi ion H+ dan OH-. Ion adalah suatu atom (atau
molekul) yang memiliki kelebihan satu (-) atau kekurangan satu (+)
elektron dibandingkan molekul jenis normal (tanpa muatan).
Pada kasus ini, bila molekul air terpisah, dan elektron yang biasanya
bergabung dengan atom hydrogen (H), tetap “terkunci” pada molekul air
yang tersisa (OH). Maka hasilnya ada satu H- dan satu OH- sebagai
sepasang ion.
Pada dasarnya ion tidak bertindak menyamai muatan listrik bebas
(elektron). Satu hal yang membedakan, mereka tidak bisa “dialirkan” pada
konduktor logam (seperti listrik umumnya). Keunikan lainnya dari
pasangan ion air adalah dari cara mereka menyerap dan melepas energi.
Khususnya, ion OH- yang bertindak sebagai MASER. Ini dapat disamakan
dengan gelombang mikro dari LASER.?*konduktor = bagian tembaga pada
kabel.
Karena energi diambil untuk memecah molekul uap air menjadi ion H+
dan OH-, maka akan ada energi dilepaskan sesaat sebelum molekul awal
(tanpa muatan) H2O kembali terbentuk. Walaupun demikian, fenomena lain
dapat muncul akibat ketidakseimbangan jumlah antara ion H+ dan OH-. Jika
ini terjadi, maka kelebihan H+ atau OH- yang tersisa menyebabkan
polusi.
Dugaan saya adalah bahwa kelebihan ion H+ (di angkasa) adalah yang
disebut oleh peneliti orgone sebagai DOR, dan kelebihan ion OH- (di
angkasa) adalah yang disebut oleh peneliti orgone sebagai POR.
Yang saya ketahui dari penelitian sebelumnya bahwa pada tubuh manusia
(yang hidup) dilingkupi oleh medan listrik. Saya pernah mengukur medan
listrik langsung menggunakan peralatan elektronik standar (sebuah
osiloskop). Pengukuran dilakukan tanpa terjadi kontak langsung (fisik)
dengan subjek percobaan. Saya dapat melihat pernafasan dan detak jantung
mempengaruhi pergerakan medan magnet. Mamalia lain (yang hidup) juga
menghasilkan medan magnet. Dan medan ini lenyap (menghilang) saat
mamalia mati…
Medan listrik kehidupan selalu memiliki orientasi dan kutub yang
sama. Maka satu jenis ion dari uap air akan memperluas medan, sedangkan
jenis lainnya akan bertindak sebaliknya. Berdasarkan medan kutub, maka
ion negative (OH-) akan memperluas medan listrik kehidupan.
Selanjutnya, proses apa yang bisa membuat ketidakseimbangan rasio H+
terhadap OH- pada uap air di angkasa? Ya, satu hal yang terlintas di
pikiran adalah campur tangan dalam penambahan bahan kimia (pada bagian
atas angkasa) yang memiliki kemiripan dengan salah satu ion, sehingga
saju jenis ion lebih banyak dibandingkan jenis lainnya. (Chemtrail)
DAN efek ini bisa diperkuat dengan campur tangan untuk membanjiri
angkasa dengan radiasi gelombang mikro yang diatur untuk memecah molekul
air menjadi ion H+ dan OH-, sehingga memperbanyak proses alami yang
menghasilkan ion tersebut. (Tower telekomunikasi)
Bagi saya, kunci untuk membuktikan adalah bila uap air angkasa bisa
mengendap (hujan, salju, es, dll), sebaliknya H+ dan OH- tidak bisa.
Kabut putih yang anda sebutkan adalah air (ion) yang terpecah, dan
daerah langit biru yang “dibersihkan” adalah daerah dimana ion-ion tidak
cukup tebal untuk dianggap sebagai “kabut”.
Dari pengalaman sebelumnya, kita mengerti bahwa cara kerja CB adalah
sama dengan EM (Elekto Magnetik, bayangkan cara kerja medan listrik),
bukan bersifat partikuler (bayangkan gerakan sebaran partikel debu)
sehingga diasumsikan kubah logam bisa menghalangi kerja CB Croft, tetapi
tidak dengan kayu dan plastik.
Maka, CB tidak mungkin bereaksi langsung dengan ion-ion, karena
reaksi ion di alam sifatnya partikuler. Dengan kata lain, ion tidak bisa
menembus plastic atau kayu, sedangkan untuk radiasi EM dapat melewati
plastic dan kayu, tetapi tidak bisa menembus logam.
Walaupun demikian, logam atau materi konduksi lainnya dapat
memantulkan radiasi EM (bayangkan prinsip kerja radar). Maka kita
mengerti, bahwa ada lapisan konduksi di bagian atas angkasa yang disebut
ionosfer dan gelombang radio dapat terpantul dari lapisan ini (ini
adalah awal penemuan radio).
Jadi…Kita mengerti bahwa ada lapisan tebal dari pecahan uap air (ion
H+ dan OH-) yang terjebak diantara lapisan atas (ionosfer yang
memantulkan EM), dan lapisan bawah yang dibanjiri radiasi microwave
(menara seluler). Dan seperti yang telah saya tunjukkan, butuh energi
untuk memisahkan molekul jadi ion, dan energi HARUS dikeluarkan
(dihilangkan) sebelum ion dapat bergabung kembali menjadi molekul air.
DAN bila ion tidak menyatu menjadi molekul air, maka mereka tidak dapat
mengendap di angkasa membentuk hujan…
Tetapi energi terjebak…Tidak ada pelepasan…Walaupun demikian, ketika
ada kehadiran CB di alam, maka kabut putih kembali menjadi awan normal,
dan langit kembali menjadi warna biru tua yang indah.
Maka, CB pasti telah menghilangkan (mengalirkan keluar) energi yang
tersimpan di ion-ion H+ dan OH-, sehingga memungkinkan mereka bergabung
kembali menjadi uap air. Dan karena angkasa telah super jenuh dengan
pecahan (ionisasi) molekul air (karena ion tidak bisa mengendap), segera
setelah keberadaan CB di alam, maka yang terjadi berikutnya adalah
hujan…
Pemahaman Steven J Smith tentang cara kerja Orgonite:
Steven menjelaskan padaku bahwa insulasi resin pada serpihan logan
spiral bekerja mirip dengan induktor elektronik dan menyerap semua
lingkungan energi negative (terutama frekuensi/getaran elektro
magnetik).?*induktor = bagian plastic/karet pada kabel
Kristal yang terdapat dalam orgonite bertindak untuk mengubah radiasi
EM menjadi panas melalui proses Electro-striction (diubah melalui efek
Piezo-Elektrik) dan energi yang dilepaskan sifatnya aman.
Berikut penjelasan Steven tentang dua efek (Piezoelectrik and Electrostriksi secara berurutan)
“Secara sederhana. Beberapa Kristal (dan materi lainnya) menghasilkan
medan listrik ketika ditekan atau ditekuk. Ini dikenal dengan efek
Piezoelektrik.
Semua material yang menghasilkan efek ini adalah insulator listrik.
Mereka pastilah, atau di istilah materi akan “memotong” medan listrik.
Tetapi, tidak semua insulator menghasilkan efek piezoelektrik.
Ada fenomena lainnya yang dikenal efek elektro-striksi. Dan semua
materi yang menghasilkan fenomena piezoelektrik, juga menghasilkan
fenomena elektro-striksi.
Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa efek elektro-striksi
mengakibatkan materi berubah bentuk, ketika terpapar medan listrik.
Kesimpulannya…
Piezoelektrik: Perubahan bentuk menghasilkan medan listrik.?Elektro-striksi: Medan listrik menghasilkan perubahan bentuk.
Sebenarnya perubahan bentuknya sangat kecil. Kebanyakan hanya
seperseribu inci, tetapi masih sangat bermanfaat untuk beberapa
kegunaan…”
Saya yakin bahwa anda akan setuju bahwa kesimpulan macam ini akan sulit diterima oleh sebagian besar pecinta orgonite.
Kita telah diberitahu bahwa Orgonite ‘menyerap DOR dan mengubahnya menjadi POR’ padahal gambaran sebenarnya sedikit lebih rumit.
Joko Catur
Kesehatan,
Pengetahuan Umum
Efek Radiasi Terhadap Manusia
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton)
dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di
sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan,
alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Radiasi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton
adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.
Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak
seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan
handphon
sumber ; http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan
yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika
berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi
radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang
berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap
di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom
dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel
mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel.
Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas,
misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.
Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting
dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah
satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel
serta menggandakan dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat
mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA
sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi
secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil.
Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun
kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang
yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat.
Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya
sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif
tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen
dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel
yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat
radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada
seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan
secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma
dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan
menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis
tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan
kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau
lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv
(350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50%
dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang
sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang
sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ
tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan
radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap
5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung
mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan
sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan
perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut mungkin dapat
diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya tidak mungkin
diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara
sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan
berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit
akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama
jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis
radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis
Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu
yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh,
katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena
dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu
yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya
sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun
demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan
tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun
kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat
ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi,
namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan
dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan
antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan
tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan
radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker.
Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan
oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat
karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode
laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten
ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada
kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena
itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat
karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
sumber ; http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm
Joko Catur
Kesehatan
Langganan:
Postingan (Atom)