Apakah foto ini asli atau palsu? Siapapun juga akan tertarik membahasnya. hasil rekayasa atau bukan ? Bahkan mencuri dengar orang-orang yang sedang membahas keaslian foto pun terasa seru.
Membahas keaslian dan kepalsuan foto perlu disikapi secara arif. Pembahasan hal foto palsu tentu berbeda dengan uang palsu. Motif foto palsu pun berbeda dengan ijazah palsu, hukumannya berbeda dengan pembuat merk palsu dan fungsinya berbeda dengan bulu mata palsu.
Palsu menjadi sebuah kata berkonotasi negatif. Padahal foto asli pun bisa palsu, tinggal tergantung cara mendefinisikannya. Jika sudah terbukti sebuah foto adalah palsu, so what?
Perlu dipahami bahwa foto dan fotografi sejatinya adalah alat, piranti dan wahana. Alat untuk berbagai kegunaan, piranti untuk berbagai motivasi dan wahana untuk berbagai tujuan. Hal itu berlaku untuk kedua hal: tujuan baik maupun buruk, tergantung kepada pengguna foto.
Tidak semua foto hasil rekayasa adalah foto palsu. Foto dua pejabat yang sedang berjabat tangan setelah serah-terima jabatan adalah foto asli, meskipun pose mereka direkayasa sedemikian rupa. Foto potret yang kebetulan merekam mata yang besar sebelah, lantas melalui perangkat lunak komputer, dibuat sama besar juga adalah foto asli.
Foto seseorang berpakaian bangsawan Eropa tahun 1800-an dengan lokasi bangunan bergaya arsitektur abad yang sama, bisa jadi diaku dibuat di Eropa pada jaman baheula. Padahal di Jakarta, Semarang dan Surabaya ada banyak bangunan Belanda era VOC. Cetak foto bisa dibuat hitam putih agar antik. Palsukah foto tersebut, padahal tidak ada rekayasa digital?
Sudah sepatutnya foto ditempatkan pada tempatnya sebagai wahana berkomunikasi. Melalui foto ada berbagai pesan yang bisa disampaikan dan ada banyak motivasi yang terkandung. Pemahaman sebuah foto tak hanya sekedar menerjemahkan secara gamblang hal yang terlihat kasat mata.
Foto sepasang pria-wanita sedang berdampingan di latar belakang dinding polos, sebagai misal. Jika melihatnya gamblang secara kasat mata, bisa diartikan pasangan tersebut sedang berduaan di ruang privat. Padahal bisa saja foto tersebut dibuat di gedung pertemuan dalam sebuah acara yang dihadiri banyak orang, tapi foto dibuat di salah satu sisi dinding gedung yang tak berlatar belakang keramaian.
Perlu pemahaman luas dan sikap terbuka ketika menelaah foto. Hal tersebut berlaku ke segala jenis foto, mulai dari foto seni hingga foto jurnalistik. Foto presiden suatu negara yang sedang menunduk sambil menyeka keringat, bisa diartikan secara gamblang seperti apa yang terlihat. Tapi dalam konteks aktual akhir masa jabatan, foto tersebut bisa diinterpretasikan sebagai kelelahan menjabat setelah sekian tahun.
Manusia dianugerahi akal sehat dan hati nurani, beserta talenta dan jiwa. Sudah sepatutnya foto tak lagi disikapi “seperti apa yang terlihat kasat mata”. Peradaban yang semakin tinggi menuntut cara berpikir kritis dan cara bersikap yang mandiri, tak dipengaruhi orang lain.
Dengan demikian, pemirsa foto bisa lebih dewasa menyikapi foto di peredaran internet yang menampilkan pejabat sedang berduaan dengan perempuan. Masyarakat juga bisa lebih bijaksana menyikapi foto acungan pistol di keramaian bernuansa primordial. Anda adalah apa yang Anda pikirkan dan sikapi.
Bagaiamana cara mengetahui foto direkayasa atau belum ? Coba saja JPEGsnoop
JPEGsnoop dapat mengeluarkan EXIF dan metadata dari foto. Analisis dari software itu bisa diketahui foto itu telah diubah atau masih asli.
Tidak seperti namanya, JPEGsnoop bahkan mendukung berbagai tipe foto, termasuk JPG, THM, AVI movies, DNG. Bahkan bisa meneliti film MOV berbagai format foto RAW juga Adobe PDF.
Aplikasi ini gratis, tapi developernya akan sangat senang jika penggunanya rela menyumbang. Selain bisa mengetahui foto asli atau rekayasa, JPEGsnoop juga bisa memberitahu seting kualitas foto, setting resolusi asli, histogram RGB, termasuk informasi tingkat tinggi bagi fotografer profesional serta desainer grafis.
Belum ada komentar untuk "Bagaimana Cara Membedakan Foto Asli dan Foto Palsu"
Posting Komentar